Main Article Content

Abstract

Special efforts for cow must be pregnant  (Upsus Siwab)  is a program for the achievement of meat adequacy in 2022 through the optimization strategy of implementing Artificial Insemination (AI) in 34 provinces including Maluku Province. One of them is Seram Bagian Barat District. The type of cattle that are kept are Bali with extensive management. Maluku Province is The AI introduction area, so there are many challenges to meet the targets set. The purpose of this paper is to know the performance of AI introductions and the effect toward farmer attitudes in the SBB District during the 3 years of assistance. The method of this research was a survey, interviews with farmers, field officers, and district officers. Data with the Ishiknas format for 3 years was collected from the Agriculture services of SBB District. Data was tabulated and analyzed descriptively. The basic problems related to the application of AI are (1) it is difficult to detect the oestrus because all cattle are released, (2) the habits of mating cattle naturally, (3) there is no interest in participating of AI, and (4) the knowledge of oestrus is very minimal. The strategy to solved the problem was introduction the hormone of Oestrus Synchronization (SE). The strategy was quite successful, in 2017, the realization of AI was 85%. Realization in 2018 and 2019 were more than 100%. The S/C score was 1.13 times indicates that the cows have very good reproductive performance. There were 15 variations in gestational age with the range of 8 months 4 days - 9 months 17 days. The most average were 9 months 10 days (16.6%) and 9 months 11 days (16.6%). The pregnancy rates of AI was 10 -311 cows/month with an average of 108.8 cows, while in natural marriages 0 - 32 cows/month with an average of 12.5 cows. The birth weights of AI with Bali bulls straw ranged from 17 to 23 kg (an average of 19.6 kg), while the natural mating was an average of 16 kg. Another results, the birth weight of AI with Ongole bulls straw on male was an average of 32.2 kg and 30 kg on female. In 2017, the implementation of the AI was all done in combination with the SE because no farmers wanted to report the oestrus of cows. In 2018 there were reports from farmers and in 2019, all AI implementations were based on normal oestrus reports. The change in attitudes of farmers regarding adoption of AI was caused by the calves had a higher birth weight and a higher selling price. Implementation of AI in the District of SBB has good prospects for increasing the quantity and quality of cattle and also increasing the income of farmers

Keywords

Attitude change, Performance, AI, Extensive

Article Details

How to Cite
Utomo, B. N., Dharmayanti, N. I., Saepulloh, M., Adji, R. S., Matitaputty, P. R., & Widjaja, E. (2020). The Attitude Changes Of Local Farmers Toward The Introduction Of Artificial Insemination In The Extensive Of Cattle Raising In The Seram Bagian Barat District, Maluku Province, Indonesia. Ilomata International Journal of Social Science, 1(4), 176-184. https://doi.org/10.52728/ijss.v1i4.168

References

  1. Arif, Z.A., M. Hartono, & S. Suharyati. (2014). Faktor-faktor yang mempengaruhi angka kebuntingan conceptin rate) pada sapi potong setelah dilakukan sinkrnisasi estrus di Kabupaten Lampung Tengah. Jurnal Ilmiah Peternakan Terpadu 2(2): 22-26
  2. Badriayah, N., K.N.S. Qabilah Cita, & M.F. Amin. (2018). Penerapan teknologi sinkronisasi estrus dan artifial insemination di kelompok ternak di kabupaten Lamogan. Jurnal Ternak 9(1): 8-12
  3. BPS Kab. SBB. (2019). Kabupaten Seram Bagian Barat dalam Angka. Piru
  4. BPS Kab. SBB. (2020). Kabupaten Seram Bagian Barat dalam Angka. Piru
  5. Depison. (2010). Performans Anak Hasil Persilangan Induk Sapi Bali dengan Beberapa bangsa Pejantan di Kabupaten Batanghari Provinsi Jambi. Agripet (10)1: 37-41
  6. Deskayanti, T. Sardjito, A. Sunarso, P. Srianto, T.W. Suprayogi, & H.A. Hermadi. (2019). Conception Rate Dan Service Per Conception Pada Sapi Bali Hasil Inseminasi Buatan Di Kabupaten Sumbawa Barat Tahun 2017. Ovozoa 8(2): 159-163
  7. Dewantari, M. & A. A. Oka . (2020). Penampilan Pedet Sapi Bali Hasil Inseminasi Buatan Dari Pejantan Berbeda. Majalah Ilmiah Peternakan 23(1) : 39-42
  8. Ditjen PKH. (2017). Keputusan Direktur Jenderal Peternakan Dan Kesehatan Hewan Nomor: 954/Kpts/Pk.040/F/01/2017 Tentang Pedoman Pelaksanaan Upaya Khusus Percepatan Peningkatan Populasi Sapi Dan Kerbau Tahun Anggaran 2017. Kementerian Pertanian. Jakarta
  9. Dinas Pertanian Kab. SBB. (2017). Laporan Akhir Kinerja Upsus Siwab Tahun 2017. Piru
  10. Dinas Pertanian Kab. SBB. (2018). Laporan Akhir Kinerja Upsus Siwab Tahun 2018. Piru
  11. Dinas Pertanian Kab. SBB. (2020). Laporan Akhir Kinerja Upsus Siwab Tahun 2019. Piru
  12. Ditjen PKH. (2018). Keputusan Direktur Jenderal Peternakan Dan Kesehatan Hewan Nomor: 315/Kpts/Pk.210/F/01/2018 Tentang Pedoman Pelaksanaan Upaya Khusus Percepatan Peningkatan Populasi Sapi Dan Kerbau Bunting Tahun Anggaran 2018. Kementerian Pertanian. Jakarta
  13. Ditjen PKH. (2019). Keputusan Direktur Jenderal Peternakan Dan Kesehatan Hewan Nomor: 1892/Kpts/Pk.210/F/2019 Tentang Pedoman Pelaksanaan Upaya Khusus Percepatan Peningkatan Populasi Sapi Dan Kerbau Bunting Tahun Anggaran 2019. Kementerian Pertanian. Jakarta.
  14. Fadwiwati, A.Y., A. Hipi, D. Hertanto, R.H.A. Nasiru, Rosdiana & S. Anas. (2019). Strategi Peningkatan Produktivitas Ternak Sapi Melalui Program SIWAB di Gorontalo. Jurnal Ilmu Pertanian (4)2: 58-67.
  15. Fauzi, M.R., Suyadi, & T. Susilawati. (2017). Pengaruh pemberian Prostaglandin F2 Aplha terhadap waktu kemunculan birahi dan keberhasilan Inseminasi Buatan Sapi Brahman Cross (Bx) Heifers. Jurnal Ilmu-Ilmu Peternakan 27(3): 39-43
  16. Handayani, U.F., M. Hartono, & Siswanto. (2014). Respon percpatan timbulnya estrus dan lama estrus pada berbagai paritas sapi Bali setelah dua kali pemberian prostaglangin F2a (PGF2a). Jurnal Ilmu Peternakan Teradu 2(1): 33-40
  17. Hastuti, D. (2008). Tingkat Keberhasilan Inseminasi Buatan Sap Potong di Tinjau dari Angka Konsepsi dan Sevice Per Conception. Mediagro 4(1): 12-20
  18. Hoesni, F. (2015). Pengaruh keberhasilan Insmeinasi Buatan (IB) antara Sapi Bali Dara dengan Sapi Bali yang pernah beranak di Kecamatan Pemayung Kabupaten Batanghari. Jurnal Ilmiah Batanghari Jambi 15(4): 20-27
  19. Ihsan, M. N & S. Wahyuningsih. (2011). Penampilan reproduksi sapi potong di Kabupaten Bojonegoro. Jurnal Ternak Tropika. 12 (2):76-8.
  20. Inounu, I. (2017). Dukungan Sains dan Teknologi Reproduksi untuk Mensukseskan Program Sapi Indukan Wajib Bunting. Wartazoa 27(1): 23-34.
  21. Kary, F.M., A. M. Sahusilawane, dan N. Timisela. (2019). Kelayakan Usaha Ternak Sapi Potong Di Desa Waimital Kabupaten Seram Barat Provinsi Maluku. AGRILAN 7(2): 149-163
  22. Kementerian Pertanian. (2016a). Peraturan Menteri Pertanian Repubik Indonesia Nomor: 48/Permentan/PK.210/10/2016 tentang Upaya Khusus Percepatan Penignkatan Populasi Sapi dan Kerbau Bunting. Jakarta.
  23. Kementerian Pertanian. (2016b). Keputusan Menteri Pertanian No. 656/Kpts/Ot.050/10/2016 Tentang Kelompok Kerja Upaya Khusus Percepatan Peningkatan Populasi Sapi dan Kerbau Bunting. Jakarta
  24. Kementerian Pertanian. (2016c). Keputusan Menteri Pertanian No. 7659/Kpts/Ot.050/F/11/2016 Tentang Tim Supervisi Upaya Khusus Percepatan Peningkatan Populasi Sapi Dan Kerbau Bunting. Jakarta
  25. Mahalubi, R.I., A. K. Rintjap, J. A. Malingkas, & F.S. Goley. (2019). Respon Peternak Sapi Potong Terhadap Penerapan Teknologi Inseminasi Buatan (IB) Di Desa Tondegesan Dua Kecamatan Kawangkoan Kabupaten Minahasa . Zootec 39(1): 71-81
  26. Ma’sum, M., A.V.S. Hubeis, A. Saleh, & B. Suharjo. (2012). Persepsi Peternak tentang Penerapan Inseminasi Buatan di Tiga Sentra Sapi Potong di Indonesia. Jurnal Penyuluhan 8(1): 55-65
  27. Novita, C.I., M.A.N. Abdullah, E.M. Sari, & Zulfian. (2019). Evaluasi Program Inseminasi Buatan pada Sapi Lokal Betina di Kecamatan Juli, Kabupaten Bireuen, Provinsi Aceh. Jurnal Agripet 19(1): 31-39
  28. Rusdiana, S. dan Soeharsono. (2017). Program Siwab Untuk Meningkatkan POpulasi Sapi Potong dan Nilai Ekonomi Usaha Ternak. Forum Penelitian Agro Ekonomi 35(2):125-137
  29. Ridha, M., Hidayati, & T. Adelina. (2007). Analiis factor-faktor yang mempengaruhi jarak beranak (Calving Interval) sapi Bali di Kecamatan bangknang, Kabupaten Kampar. Jurnal Peternakan 4(2): 65-69
  30. Riwu, A.R., & J.N. Kihe. (2015). Heritabilitas Bobot Lahir Sapi Bali Dan Persilangannya Yang Dipelihara Secara Semi-Intensifdi Kabupaten Kupang. Jurnal Nukleus Peternakan (2)1: 15-22
  31. Saili, T., L.O. Baa, L.O.A. Sani, S. Rahadi, I.W. Sura, & F. Lopulalan. (2016). Sinkronisasi Estrus Dan Inseminasi Buatan Menggunakan Semen Cair Hasil Sexing Pada Sapi Bali Induk Yang Dipelihara Dengan Sistem Yang Berbeda. Jurnal Ilmu Ternak, Desember 16(2): 49-55
  32. Sariubang, M., D. Pasambe, & Chalidjah. (1998). Pengaruh kawin silang terhadap performans hasil turunan pertama (F1) pada sapi bali di Sulawesi Selatan. Dalam:Prosiding Seminar Nasional Peternakan dan Veteriner. Bogor, 1-2 Desember 1998.
  33. Sudarmadji, A.B.D. Malik, & A. Gunawan. (2007). Pengaruh penyuntikan prostaglandin terhadap persentase birahi dan angka kebuntingan sapi Bali dan PO di Kalimantan Selatan. Majalah Ilmu Peternakan 10(1): 1-10
  34. Suranjaya, I G., N. P. Sarini, A. Anton, & A. Wiyana. (2019). Identifikasi Penampilan Reproduksi Sapi Bali (Bos Sondaicus) Betina Sebagai Akseptor Inseminasi Buatan Untuk Menunjang Program Upsus Siwab Di Kabupaten Badung Dan Tabanan Majalah Ilmiah Peternakan 22(2): 74-79
  35. Talib, C. (2002). Sapi Bali Di Daerah Sumber Bibit Dan Peluang Pengembangannya. Wartazoa 12(3): 100-107
  36. Umam, K., N. Kusrini, dan D. Kurniati. (2012). Hubungan antara karakteristik dengan persepsi pternak terhadap insmeinasibuatan pada sai potong Kelurahan Tuan-Tuan, Kecamatan Benua Kayong, Kabupaten Ketapang. Jurnal Sosial Ekonoi Pertanian 1(3): 23-28
  37. Utomo, B.N., N.L.P. Indi Dharmayanti, M. Saepulloh, R.S. Adji & E. Widjaja. (2020). Pendampingan Badan Litbang Pertanian Terhadap Kinerja Upsus Siwab pada Manajemen Ekstensif di Provinsi Maluku. Buku Bunga Rampai Puslitbangnak. In process.